Ada apa di Kabupaten Fakfak Papua Barat ?

Foto Udara Kota Fakfak Papua Barat
Foto Udara Kota Fakfak Papua Barat

Salam Petualangan sahabat Netizen yang keren-keren, kali ini saya mau cerita tentang perjalanan kerja kami Team Film ANRILFILM dalam rangka pembuatan video company profile pemprov Papua Barat ke Kabupaten Fakfak Papua Barat yang kita lakukan bulan Mei lalu tahun 2017, jadi masih hangat di ingatan. Perjalanan ini masih dalam rangka pekerjaan kami melakukan dokumentasi video dan foto di provinsi Papua Barat. Kali ini tujuannya adalah Kabupaten Fafak, yang secara geografis letaknya tepat di leher burung Pulau Papua.

Seperti biasa, kalau kami tugas ke daerah Indonesia timur, perencanaan perjalanan yang matang sangat diperlukan. Karena pilihan transportasi tidak terlalu fleksibel dan banyak tersedia seperti kalau kita melakukan traveling di wilayah Indonesia bagian barat. Contohnya saja,seandainya terjadi delay apalagi cancel pesawat, sangat mungkin untuk mengacaukan jadwal kerja anda secara keseluruhan.


VLOG saya tentang PAPUA


Saat blog ini ditulis, penerbangan ke Fakfak hanya tersedia melalui Manokwari & Ambon dengan Meskapai Wings Air. Ada juga penerbangan oleh Suzi air, tapi kami tidak memilihnya karena faktor kesulitan melakukan booking tiket. Penerbangan ke Kota Fakfak rata-rata dilayani 2 hari sekali dari dan ke Ambon.

Akhirnya saya susun rencana perjalanan (itinerary) dengan rute, dari Jakarta kami terbang ke Ambon dengan Batik Air, lalu menginap semalam di Ambon, keesokan paginya kami terbang ke Fakfak dengan Wings Air. Karena kami masih ada pekerjaan lain di Manokwari, setelah selesai di Fakfak, kami lanjut ke Manokwari untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tersisa, baru setelah itu kami pulang kembali ke Jakarta dari Manokwari.

Yang perlu di ingat, dan dicamkan kalo temen-temen melakukan perjalanan ke Indonesia timur, bahwa sering kali pesawat tiba-tiba berubah jadwal, bahkan molor sampai 1-2 hari dari jadwal yang seharusnya. Dan benar saja, beberapa hari sebelum keberangkatan, kami menerima SMS dari Wings Air, bahwasannya penerbangan kami dari Fakfak ke Manokwari berubah jadwalnya menjadi mundur sehari. Nah kan, apa kataku juga :) untung saya belum beli rute pesawat Manokwari - Jakarta. Terus terang saya pengalaman banget deh kalo soal arrange tiket di Indonesia timur, mana dulu tiket yang harus dibeli, kapan harus membeli tiket, lalu bagaimana kalau terjadi perubahan. Ini karena saking seringnya saya berjalan ke Indonesia timur.

Okay, singkat kata karena perubahan jadwal tersebut, jadwal kita di Fakfak jadi bertambah sehari, okay tidak apa-apa, mari kita lakukan explorasi di hari tambahan tersebut. Jadi yang semula kita hanya akan mengambil gambar di Kota Fakfak dan Bomberay, kami tambah satu spot lagi yang belum ditentukan pada saat itu.

Pagi itu, seperti biasa kami terbang dari Bandara Soekarno Hatta dengan Batik Air langsung menuju ke Ambon. Di Ambon, kami menginap semalam di Hotel Swiss Bell Ambon, dan menyantap Papeda + Ikan Kuah asam yang Kata Alm. Bpk. Bondan itu Maknyuuuuuuussss sekali. Ingat, bahwa ikan seger itu memang seharusnya di kuah, bukan di goreng. Karena ikan setengah busuk pun kalo di goreng ya pasti enak dan gurih. Loh kok jadi bahas makanan ?  Ha ha ha... gapapa toh Kuliner itu masih bagian dari Pesona Indonesia loh...

Papeda makanan khas Ambon

Bangun pagi, Taxi yang sudah kami booking pun sudah stanby jam 6 pagi di lobby hotel. Oh ya, tips buat temen-temen yang transit di Ambon, pesanlah taxi sehari sebelumnya bila mengejar penerbangan pagi esoknya. Karena di Kota Ambon mencari TAXI di pagi hari buta nyaris tidak ada. Tarif Airport ke Kota biasanya 200rb rupiah dengan mobil Avanza.

Proses check in di bandara, seperti biasa, karena bagasi kami banyak, kami membayar over baggage sekitar Rp. 300.000,- karena jatah per penumpang dengan pesawat Wings Air yang menggunakan pesawat ATR 72 ini hanya diberikan 10 Kg saja. Boarding pun relatif tepat waktu, penerbangan ke Fakfak dengan cuaca cerah, dan kami mendarat di Bandar Udara Torea di Fakfak.

Oh ya, sesaat sebelum mendarat kami disuguhkan dengan pemandangan yang menakjubkan, pulau-pulau kecil dengan lagoon lagoon berwarna biru terang, mirip sekali dengan yang ada di Kepulauan Raja Ampat. Ini penerbangan kedua yang pernah saya lakukan dalam rangka mengunjungi Kota Fakfak, kalo dulu hanya singgah sebentar untuk penerbangan lanjutan ke Kaimana.

Pesawat ATR 72 Wings Air yang kami tumpangi mendarat di Fakfak

Setibanya di Bandara Udara Torea, aduh kok terminalnya dari tripleks saja seperti bedeng proyek ?   Tapi tenang temen-temen, disebelah timurnya sedang di bangun gedung baru terminal kata salah seorang petugas bandara.  Jadi memang bandara torea di fakfak ini adalah bandara yang masih belum di renovasi seperti daerah lainnya Manokwari, Kaimana, dan Sorong. Maklum menurut beberapa warga setempat, bukannya pemerintah tak mau, tapi masalah kesulitan pembebasan lahan seringkali menjadi kendala pembangunan di wilayah Papua.

Terminal sementara Bandara Torea di Fakfak

Terminal sementara Bandara Torea di Fakfak

Setelah kami melangkahkan kaki keluar bandara, sopir-sopir taksi pun menawarkan jasanya untuk mengantar kami ke hotel. Negosiasi singkat akhirnya tercapai, kami pun menaikan semua barang bawaan kami dan bergerak menuju ke Hotel. Jalan-jalan di Fakfak relatif kecil-kecil, maklum kota kecil di wilayah yang cukup terisolir dari daerah lain. Praktis moda transportasi yang tersedia untuk menghubungkan Fakfak dengan kota lain adalah via laut dan udara saja.

Eh, ternyata dalam perjalan ke Hotel, ada yang menggoda kami untuk mampir sejenak. Yaitu DURIAN !  huaa.... kami stop sejenak di emperan toko-toko didepan pintu pelabuhan fakfak untuk menikmati durian yang dijajakan dipinggir jalan. Tahun lalu saya kesini, harga per kepala cuma sepuluh ribu rupiah saja, saat ini naik 2,5x lipat ternyata. Kata driver kami yang mengantar, bila banyak kapal masuk, pastilah harga durian naik, karena orang-orang dikapal itu pada memborong durian dari penjual di muka pelabuhan.

Durian Fakfak

Setelah puas makan durian, perjalanan keliling kota kami lanjutkan menuju ke Hotel. Penginapan yang kami pilih adalah Hotel Grand Papua, satu-satunya hotel bintang tiga di Fakfak yang bisa di book online dari Traveloka. Kamarnya, restorannya standard bintang tiga seperti di daearah lain. Hanya memang sepertinya cuma wifinya aja yang lelet tapi bisa kami maklumi karena ini di Papua. Sementara sinyal Telkomsel di kota Fakfak cukup bagus, bahkan 4G. Tapi bila geser sedikit ke pinggiran kota, maka sinyal hilang sama sekali.

Setelah proses check in, kami beristirahat sejenal di Hotel, sambil melakukan beberapa persiapan untuk pengambilan gambar hari itu yang dijadwalkan akan dilakukan di Pelabuhan Kota Fakfak beserta beberapa sudut Kota. Bandara Udara Torea dijadwalkan akan diambil juga foto udaranya, tapi setelah kami pertimbangkan, mengingat masih proses renovasi, maka pengambilan gambarnya akan kami tunda.

Perut mulai keroncongan ternyata siang itu, kami berjalan keluar hotel kearah kiri, tak banyak kedai makan yang bisa kami temui, hanya ada tukang bakso yang menarik perhatian kami. Penjualnya perantau dari Jawa, seperti banyak ditemui di daerah lain di Indonesia timur, rata-rata penjual makanan adalah perantau dari Jawa, sulit mencari perantau dari tanah priangan he he he, padahal seringkali kangen dengan masakan khas sunda.

Waktunya bekerja pun tiba, kami bergegas menuju pelabuhan Kota Fakfak untuk mengambil gambar. Karena kota Fakfak relatif kecil, pengambilan gambar sekilas kota Fakfak bisa dilakukan sekaligus berbarengan dengan pengambilan gambar suasana Pelabuhan Kota Fakfak. Gak nyangka loh, ternyata di pelabuhan Kota Fakfak disinggahi kapal yang begitu besar seperti yang bisa anda lihat di foto aerial yang saya buat.

Ceklek ceklek, beberapa foto udara pemandangan Kota Fakfak pun berhasil kami ambil dari drone DJI Mavic yang kami terbangkan pada ketinggian 80m dari permukaan. Beruntung saat itu cuaca cerah sekali, angin nyaris nihil, video udara berhasil kami ambil dan smooth sekali.

Foto Udara Pelabuhan Kota Fakfak
Foto Udara Pelabuhan Kota Fakfak

Karena sudah tak ada kegiatan lagi, sore hari kami kembali ke hotel, persiapan untuk besok pagi berangkat menuju ke Distrik Bomberay, yah entah dimana letaknya karena kami cari di google map pun tak ada, ha ha. Malam hari kami santap malam di Hotel Grand Papua, cukup oke masakan seafood beserta sate Rusa. Oh ya, sama seperti di Kaimana, daging rusa disini cukup banyak tersedia di warung-warung makan.


PERJALANAN KE DISTRIK BOMBERAY

Distrik Bomberai, entah dimana itu, yang pasti pemandu kami menyebutkan waktu tempuh kurang lebih sekitar  4-5 jam untuk mencapai kesana. Jalanan konon aspal full, kami disediakan 1 mobil Inova. Oh okay, amaan kalo begitu !   Start jam 6 pagi waktu itu, mobil sudah mulai bergerak kearah utara meninggalkan Kota Fakfak, sinyal ponsel pun hilang dalam sekejap ketika kendaraan memasuki perbukitan dengan hutan yang sangat lebat.

Kendaraan yang kami tumpangi pun bergerak kearah utara, "Kearah kokas", tutur driver yang menjadi pemandu kami. Suguhan diperjalanan hanyalah hutan-hutan lebat dengan jalanan aspal yang bisa dilalui oleh 2 kendaraan. Ya jalanan aspalnya cukup mulus, driver bercerita bahwa beberapa tahun lalu jalanan disini cukup rusak berat, akibatnya warga kampung kokas kalau mau belanja ke Fakfak harus berlayar 7 jam memutar via laut. Waduh, kasihan sekali ya.... Inilah pentingnya jalan TRANS Papua barat yang dicanangkan pemerintah pusat. Bagaimana roda perekonomian mau berputar bila jalannya saja tidak ada ?  Begitu kata Presiden Jokowi pada salah satu pidatonya. Dan saya sangat setuju itu.

Jalan Trans Papua Barat terus dikebut pembangunannya, saya saksinya !

Selepas melewati pertigaan arah Kokas, kami belok ke kanan kearah timur menuju Distrik Bomberay. Kami buka Waze, google map, semuanya tak menunjukan adanya jalan aspal pada jalan yang kami lalui. Jadi ini daerah bener-bener masih rahasia, cuma warga sini aja yang tahu ha ha ha. Inilah Papua ! Buat yang doyan petualangan pastilah menyukainya.

Karena hari masih pagi, perbukitan yang kami lalui pun masih sebagian ditutupi awan seperti yang biasa kita lihat di film film fantasi itu loh. Tapi menurut driver kami, konon awan-awan seperti itu terlihat sepanjang hari di daerah itu. Wah ?  Biasanya awan-awan rendah / embun pagi cuma bisa dilihat di pagi hari kalau didaerah lain. Ternyata memang benar sampai matahari cukup tinggi pun, awan-awan rendah masih terlihat menutupi beberapa daerah di sepanjang perjalanan menuju Bomberay.

Oh ya, karena driver kami cukup ngebut membawa kendaraan di medan berliku, beberapa team kami pun sejenak mengeluarkan dulu isi perutnya di tepi jalan ha ha ha. Sambil menghilangkan kepenatan, beberapa orang merokok, eh ternyata di tepi jalan aspal ada tebing dan terdapat beberapa air terjun loh. Indah Sekali ! ada air terjun di pinggir jalan. Ini mirip dengan yang bisa kita jumpai di Bandung selatan (Cisewu) arah ranca buaya. Konon menurut pemandu kami, air terjun tersebut biasa didatangi orang karena berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit.

Singgah sejenak diperjalanan menuju ke Bomberay, ada air terjun !
Team Anrilfilm Singgah sejenak diperjalanan menuju ke Bomberay, ada air terjun !

Setelah berjam-jam di mobil, akhirnya sampai juga kami di Distrik Bomberay. Distrik Bomberay ini ditandai dengan sebuah tugu yang kurang terawat juga sih, disitu ada logo pemerintah kabupaten Fakfak. Kalo temen-temen datang ke Bomberay dan sudah melihat tugu ini, berarti anda sudah tiba di Bomberay.

tugu selamat datang di bomberay
Tugu selamat datang di Distrik Bomberay


Warung Makan tempat kami singgah

Sejenak kami mampir makan siang di warung yang tak jauh dari tugu tersebut, kembali menunya ala Jawa, ada ayam goreng, ikan goreng, lalaban, karena ternyata pemilik warungnya pun transmigran dari Jawa dan dua orang ternyata orang sunda ha ha ha.... seneng juga ketemu temen sekampung, tapi sayangnya mereka sudah kurang fasih berbicara bahasa Sunda, karena sudah lama sekali katanya meninggalkan kampung halaman menetap di Bomberay.

Sekilas mengenai Bomberay, adalah sebuah distrik di Kabupaten Fakfak, luasnya sekitar 1910 Km² dan dihuni oleh sekitar tiga ribu jiwa yang mana rata-rata adalah Transmigran. Pusat pemerintahannya ada di Kampung Onim, tempat kami makan siang yang ada Tugunya tadi. Distrik ini relatif sepi sekali, tak banyak orang hilir mudik, lokasinya benar-benar terpencil, tak ada hotel disini yang ada hanya penginapan kecil milik masyarakat setempat. Sinyal Ponsel pun nyaris tak ada sama sekali disini, untuk voice call saja sulit, dan tak ada internet sama sekali di ponsel kita.

"Mari kita ke SP9', sahut pemandu kami, yang ternyata disini penamaan lokasi / kampung disebut SP yang artinya "Sarana Pemukiman". Disini kami akan mengambil video udara potensi investasi yang terdapat di Distrik Bomberay. Tidak lain adalah padang rumput sabana yang terhampar luas sekali. Sesekali terlihat gerombolan hewan ternak hilir mudik tanpa ditunggui oleh gembalanya.

Khayalan saya melayang begitu melihat foto udara distrik Bomberay di Kabupaten Fakfak ini, seandainya daerah ini sudah maju, diisi oleh rumah2 mewah para warga setempat seperti layaknya suasana pedesaan yang ada di negara-negara maju seperti yang bisa kita lihat di film film holywood, dengan sarana peternakan yang modern. Aahhh itu cuma khayalan, semoga yah gak pake lama cepat terwujud disini khayalan tersebut.

Padang Rumput / Sabana yang luas di Distrik Bomberay Fakfak Papua Barat
Padang Rumput / Sabana yang luas di Distrik Bomberay Fakfak Papua Barat


Balik lagi ke realitas, disini, jalan arteri utama sudah aspal, hanya untuk masuk kedalam sarana pemukiman, masih berupa jalan tanah. Di musim kemarau saya rasa tidak masalah, mobil avanza pun bisa lewat, tapi bila musim hujan saya pikir akan cukup sulit menjangkau Sarana Pemukiman yang ada di dalam distrik Bomberay.

Padang Rumput Sabana nan luas di Bomberay Fakfak Papua Barat
Padang Rumput Sabana nan luas di Bomberay Fakfak Papua Barat
 
Setelah beberapa saat kami menerbangkan drone mengambil foto udara dan video udara padang sabana / padang rumput nan luas di Distrik Bomberay, kami pun mengarahkan kendaraan kembali kearah kota Fakfak. Oh ya, jarak dari sini ke fakfak kurang lebih 160Km. Ditempuh kurang lebih 5 jam perjalanan, bukan karena jalannya jelek, tetapi kondisi jalan yang menembus pegunungan dan berkelok-kelok. Dibawa ngebut sedikit, penumpang pasti muntah seperti yang dialami beberapa tim kami.

Setengah perjalanan menuju Fakfak, kami berhenti sejenak menghilangkan kebosanan di mobil. Kami singgah entah di kampung mana, karena saya tak bisa mengakses Google Map, dan memang kenyataannya tidak ada di google map. Yang pasti driver kami bilang bahwa ini adalah kampung Kayuni. "Ada air terjun bagus pak dibawah", Kata driver kami. Oh ya mari kita turun sejenak sambil ngopi ngopi kalo ada. 

Posisinya ada dibawah jalan, menyeberangi sungai besar, begitu pintu mobil di buka, terdengar suara gemericik air yang penuh kedamaian. Sejujurnya saya berkata ohhh men, kampung ini indah sekali !!!   Mereka membangun jalan - jalan dari kayu diatas sungai, tertata rapih sekali seperti tempat wisata yg dikelola secara professional, padahal ini hanya Kampung loh.  Terlihat beberapa anak-anak sedang asyik bermain kelereng. Dalam hatiku hanya berkata, ini baru masa kecil yang indah, anak anak bermain bersama teman-temannya, bukan sibuk dengan gadget ha ha.

Kampung Kayuni
Anak anak bermain di Kampung Kayuni, tanpa sinyal ponsel tapi penuh kedamaian

Kalo temen-temen ke Fakfak, sempetkan singgah di Kampung ini, pokonya saya begitu terpesona melihat kedamaian dan keindahan yang ada di Kampung ini. Sayangnya waktu kami singkat takut keburu gelap, kami pun kembali melanjutkan perjalanan kembali ke Kota Fakfak. Ah semoga suatu hari nanti saya bisa kembali mampir ke kampung ini.

Sekiranya waktu Maghrib kami sudah tiba kembali di Hotel Grand Papua tempat kami menginap, semua peralatan kembali di charge. Seharusnya besok hari kami meninggalkan Fakfak menuju Manokwari, tetapi karena ada perubahan jadwal pesawat mendadak itu tadi, jadi kami masih harus tinggal 1 hari lagi di Fakfak. Kebetulan staff pemerintah Kabupaten Fakfak memberi kami fasilitas untuk pergi ke Pulau Ugar yang kata masyarakat sana mirip dengan Raja Ampat yang masih alami. Kami pun jelas meng-OKE kan tawaran tersebut.


MENGUNJUNGI KOKAS DAN PULAU UGAR


Keindahan salah satu sudut di Pulau Ugar Kokas Kabupaten Fakfak
Keindahan salah satu sudut di Pulau Ugar Kokas Kabupaten Fakfak


Keesokan paginya, kami dijemput oleh team dari Pemkab Fakfak, kalau kemarin kami disediakan mobil Inova, pagi ini kami dijemput mobil tua Mitsubishi L300 tanpa AC didalamnya. Ya kami bisa maklum karena kemarin kami mengerjakan proyek pemprov yang dana operasionalnya sudah disiapkan, hari ini kami di fasilitasi pemkab yang memang dana operasionalnya tidak disiapkan. Tapi tak apa, pengalaman juga buat kami. Tapi ya semoga tahun tahun kedepan, pengadaan mobil yg layak buat pemkab ini bisa secepatnya diadakan, karena sangat diperlukan oleh staff daerah untuk bekerja.

Rute kali ini hampir sama seperti kemarin, hanya saja perjalanan cukup sampai desa Kokas yang terletak di utara Kota Fakfak. Perjalanan lebih lambat karena mobil yang kita gunakan tidak secepat Inova kemarin yang kami gunakan. Belum lagi di turunan sopir harus sesekali mengerem tangan karena rem nya sudah kurang berfungsi baik, WADUHH !  hahaha... Makanya kalian yang tinggal di kota besar bersyukurlah, inilah perjuangan mereka PNS yang bertugas didaerah terpencil, nyawa mereka taruhannya dalam kesehariannya bekerja. Yang pasti doa kami besertamu para PNS yang bertugas di daerah.

Kurang lebih 2 jam, kami sudah tiba di Kokas, Kokas ini kalo di Jakarta adalah nama beken untuk Kota Kasablanka, disini memang namanya desa Kokas. Setibanya di Kokas, kami disediakan boat untuk berjalan-jalan menyusuri Pulau-pulau Ugar yang indah dan memang mirip dengan Raja Ampat. Hanya saja disini tak ada sama sekali turis lalu lalang, karena siapa yang tau disini ada serpihan pesona Indoensia yang belum terjamah ?

Ya, ini adalah gugusan pulau-pulau Karst seperti di Raja Ampat, dan Kaimana. Pulau pulau ini akan selalu indah, karena gugusan pulau-pulau seperti ini di dunia hanya ada di wilayah barat daya samudera pasifik, dari Palau sampai Papua. Cap-cap tangan seperti yang ada di dinding dinding pulau karst di Misool dan Kaimana pun bisa dilihat disini. Entah apa artinya. Oh ya buat kamu yang belum membaca tentang Kaimana bisa dilihat disini: Tentang Kaimana

Aerial Foto Udara Kokas Pulau Ugar
Foto Udara Pulau Ugar Kokas Fakfak

Kesimpulan pribadi saya, Pulau-pulau Ugar adalah Gugusan Pulau Pulau Karst yang indah dan letaknya PALING DEKAT dengan kota. Maksudnya gini loh, Kalau kamu mau ke Wayag, begitu mendarat di Sorong, butuh waktu berlayar berjam-jam untuk sampai ke Pulau Pulau Karst di Wayag. Selain itu di Kaimana pun demikian, kamu butuh waktu berjam-jam untuk sampai ke Teluk Triton. Nah di Fakfak, kamu cukup 1 jam perjalan mobil dari fakfak, dilanjutkan 15 menit dengan speedboat, kamu sudah bisa menemukan Pulau-pulau Karst yang indah. Ini jelas menjadi keuunggulan tersendiri bagi potensi pariwisata di Kabupaten Fakfak.

Setelah dirasa cukup mengambil gambar keindahan Pulau-pulau Ugar, kami pun kembali ke Kota fakfak. Ditengah perjalanan sempat mobil yang kami tumpangi mengalami kendala, pintunya tiba-tiba terbuka dan tak bisa ditutup kembali, sampai akhirnya harus di ikat baru bisa kembali melanjutkan perjalanan. Jadi kalau ada bapak-bapak pejabat Provinsi Papua Barat yang membaca ini, mohon pak untuk pengadaan mobil yang layak bagi staffnya di daerah, minimal keselamatan mereka terjamin dalam melakukan pekerjaannya. Itulah harapan kami.

Mobil Dinas Pemkab Fakfak yang kami tumpang sempat copot pintunya

Setibanya di Kota Fakfak, kami mencari makan di daerah pelabuhan, dengan menu seafood dan ikan bakar. Tapi kok jauh lebih mahal ketimbang kami makan di hotel ya ?  ha ha ha.... Ini juga salah satu kebiasaan jelek para pemilik warung, yang kadang suka memasang tarif tinggi ketika melihat orang bukan warga lokal mampir ke warung mereka. Sangat tidak bagus untuk menciptakan iklim pariwisata yang nyaman. Tips kalian yang mau ke Fakfak, selalu tanya harga makanan sebelum kamu memesan makanan untuk menghindari praktik ketok mengketok seperti ini.

Terima kasih kepada seluruh Team dari Pemkab Fakfak
Demikian catatan perjalanan kami ke Kabupaten Fakfak dengan mengunjungi Distrik Bomberay dan Kokas saat ini, semoga bermanfaat bagi pemirsa sekalian.

Penulis adalah Film Maker & Pilot drone di:
www.anrilfilm.com
www.helicamindo.com

 

Komentar

  1. Maantap..menginspirasi sekali..ditunggu ulasan perjalanan yang selanjutnya..

    BalasHapus
  2. Ini bari sebagian kecil yg terexpose

    BalasHapus
  3. Terimaksih infonya. Sedang ingin sekali traveling ke fakfak

    BalasHapus
  4. jika anda butuh nomor togel di jamin 100% tembus silahkan hub AKI SAJIWO di nmr hp beliau 085-322-061-788 terimah kasih

    BalasHapus
  5. Ik ben in Fak Fak geboren & getogen...Ben erg trots op Fak fak....Hartelijk dank voor mooie verhaal over FakFak.GBU en nogmaals ...Dank jullie wel

    BalasHapus
  6. Saya pernah tinggal di distrik bomberay.. tahun 2010..
    di sp 3.. rmh makan mitra tempat saya bersantai... yg jual orang Jawa. baik lagi..
    kalo saya kesana lagi pasti masih ingat orangnya..👍

    BalasHapus
    Balasan
    1. sya di sp 1.bombaray thn 1993 skolah sd. smp jln kaki.
      masih hutan lnjutkn sma ke fakfak.seribu kbangan

      Hapus

Posting Komentar

TULISAN LAINNYA

Jasa Fotografi & Video Ditawar sadis, berapa sih harga yang wajar ?

Mengintip dan Membandingkan Spesifikasi Drone DJI Mavic Air