Merakit Drone Quadcopter Untuk Keperluan Foto dan Video Udara (Drone story #3)

Quadcopter Drone yang kedua (Wahana ke 4) yang pernah saya rakit
Quadcopter Drone yang kedua (Wahana foto udara ke 5 yang pernah saya rakit


Kalau anda sudah membaca artikel sebelumnya, ini merupakan lanjutan cerita dari artikel saya yang satu ini: http://www.kaufikanril.com/2013/05/beralih-dari-helicam-ke-multicopter-drone.html . Jiwa ini tak mudah puas dalam berkarya, setelah selesai merakit satu unit drone multi rotor jenis Hexcopter yang secara perlahan menggantikan peran helicam saya waktu itu,mulailah saya berfikir untuk merakit drone jenis baru. Karena waktu itu saya termasuk dalam kalangan pertama di Indonesia dan dunia yang memiliki kemampuan foto udara dengan drone, secara finansial fee pilot drone waktu itu sangat amat ideal. Disebut ideal karena dengan sebagai pilot drone, fee saya waktu itu cukup untuk maintenance peralatan, membalikan biaya investasi, serta reinvestasi baik di bidang pengadaan peralatan baru maupun peningkatan pengetahuan. Ini namanya pekerjaan dengan fee yang ideal menurut saya, dan menjadi tidak ideal lagi ketika banyak pesaing yang mulai saling membanting harga, tapi ketika itu pesaing tidaklah banyak karena tidak mudah bagi seseorang untuk bisa merakit drone sendiri tanpa pengetahuan yang mumpuni. Kondisi ini bertahan sampai akhirnya muncul drone pabrikan, dan kondisi pun berubah.

Karena kondisi finansial yang baik, job mengalir cukup banyak, merakit drone baru bukanlah hal yang sulit dari sisi finansial. Yang sulit waktu itu malah soal waktu, karena hampir tiap minggu ada saja job foto udara yang masuk. Kebanyakan dari job order yang masuk waktu itu adalah permintaan jasa foto udara untuk pabrik / industri. 

Setelah dibulatkan tekad, maka dimulailah project merakit drone baru yang kelak akan dinamakan "HEDWIG". Hedwig ini saya ambil dari nama burung hantu milih Harry Potter yang sangat pandai dalam melayani tuannya di film Harry Potter. Target saya waktu itu Drone Quadcopter ini harus memiliki kemampuan untuk terbang lebih jauh, dan bentuk yang lebih ringkas. Maka dipilihlah jenis Quadcopter alias drone berbaling-baling 4. Pada drone ini juga saya mulai menerapkan mode terbang FPV (first person view) dan single operator artinya tidak membutuhkan camera operator lagi. 

Teknik terbang First person view mutlak diperlukan jika kita ingin merancang drone yang sanggup untuk terbang jauh. Hal ini karena, saat terbang menjauhi pilot lebih dari 100 meter, kita sudah sulit melihat posisi drone kita. Itu sebabnya biasa kita beralih ke mode FPV saat pilot sudah tidak mampu melihat posisi drone dengan jelas. Tapi ingat, sejauh-jauhnya terbang pertahankan Line Of Sight, artinya antena drone dan remote harus bisa saling melihat tanpa halangan.

Perakitan Quad Copter Drone berjenis FPV Drone
Perakitan Quad Copter Drone berjenis FPV Drone


Tahap awal perakitan adalah pemilihan komponen, untuk frame saya pilih keluaran TBS Discovery, dengan arm yang sama dengan DJI Flame wheel. Frame ini cukup ringan, dengan target berat keseluruhan dibawah 2 Kg. Motor awalnya saya pilih Sunny Sky dengan spesifikasi 800Kv yang dicatu daya oleh LIPO 4S, untuk menggerakan propeler 9 inch. Karena untuk long range, maka saat itu drone quadcopter yang saya namakan Hedwig 1, itu tidak dilengkapi gimbal. Kamera Gopro hanya saya ikatkan dibagian depan, tanpa bisa diatur pitchnya. 

Tak terlalu lama proses perakitan waktu itu, setelah segala sesuatunya diperiksa dengan seksama, drone multirotor kedua saya yang artinya wahana ke-5 saya sudah bisa mengudara di pekarangan rumah. Tiba saat nya melakukan 'maiden flight' atau uji terbang yang sesungguhnya. Seperti biasa saya selalu lakukan riset terbang di Lanud Sulaiman milik TNI AU yang mempunyai fasilitas lapangan rumput yang sangat besar. Terima kasih buat FASI & Kopaskhas TNI AU yang sudah mengizinkan fasilitasnya untuk digunakan oleh kami pegiat hobby Aeromodelling ini.

Drone yang baru dirakitpun diuji terbang, dan hasilnya cukup memenuhi target yang diinginkan. Hanya ada sedikit vibrasi yang masuk, dan bisa diatasi dengan mudah dengan penambahan busa untuk mengisolir getaran dari frame ke Gopro. Berikut adalah video ujicoba wahana Hedwig 1, drone multicopter dari jenis Quad Rotor yang selesai perakitannya pada bulan April tahun 2013.



Dasar beruntung hidup saya ini yang patut saya syukuri, karena selain berprofesi sebagai fotografer dan sinematografer, ingat saya ini juga seorang instruktur menyelam yang punya banyak murid untuk diasuh jalan-jalan menyelami pesona indonesia yang bertebaran dari ujung barat sampai timur Indonesia. Kali itu kebetulan saya sedang meng-organize trip scuba diving ke Halmahera untuk sekolah diving saya BELAJARDIVING.COM .  Wahhh kebetulan sekali nih, bisa ujicoba long range flight dengan drone baru saya deh disana. 

Kali itu saya menyelam dengan teman-teman dari group belajardiving.com dengan menumpang kapal Liveaboard yang bernama 'Liburan Paradise', sebuah kapal besi yang di desain untuk trip menyelam. Diatasnya memiliki area kosong yang bisa digunakan sebagai helipad untuk take off dan landing drone. Antusias sekali waktu itu saya melakukan uji coba long flight flying dengan drone baru saya yang bernama hedwig itu. 

Di Halmahera, beberapa kali saya melakukan long flight flying dengan drone yang baru ini, aduh rasanya deg-degan saat drone tak ada dihadapan saya, dan hanya mengandalkan monitor untuk mengendalikan drone dari jauh. Ada juga perasaan kawatir, bagaimana kalo tiba-tiba drone nya jatuh ke laut. Tapi bila ketakutan berlebihan itu saya pelihara, maka drone yang saya rakit tak akan pernah mengambil foto-foto udara yang cantik. Berikut adalah video-video mentah hasil terbang di halmahera.





Video-video diatas akhirnya saya kompilasi, disatukan dengan underwater video yang juga saya ambil dengan Camera Canon 5D Mark 3 milik teman saya Kasim Gunawan. Setelah melalui proses editing jadilah satu film yang merupakan kompilasi Aerial Footage, Underwater footage, dan Land Footage. Seneng sekali waktu itu bisa bikin film swadaya, tapi semewah ini varian footagenya, bak professional production.

Di film yang saya beri judul 'Heaven in halmahera' yang posting di youtube pada bulan mei tahun 2013 inilah pertamakalinya saya membuat video tentang keindahan Pesona Indonesia disertai banyak aerial footage yang diambil dengan menggunakan drone. Bahkan satu aerial footage saya ambil dengan flight path sepanjang 1 Km ! Angka yang sangat fantastis saat itu dimana belum ada drone-drone lain yang bisa terbang sejauh itu. Seperti apa filmnya ?  Bisa dilihat pada video berikut:




Video ini yang merupakan cikal bakal inspirasi saya untuk terus membuat video-video tentang Keindahan Pesona Indonesia ala saya, dengan sajian yang cinematic. Oh ya di Tahun 2013 itu belum ada drone pabrikan seperti DJI Phantom di pasaran, oleh sebab itu video udara seperti yang saya tampilkan di video ini masih sangat jarang ditemukan di Youtube.

Banyak job yang telah dikerjakan dengan menggunakan Drone Quadrotor ini, sebut saja dari Pabrik Semen Holcim, Pabrik Semen Gresik, pabrik-pabrik yang  ada di kawasan industri dari cilegon sampai ke subang, dan bahkan sampai ke jawa timur di wilayah pandaan. 

Selain job-job foto udara, beberapa film tentang pesona keindahan Indonesia pun sempat saya buat dengan drone ini. Salah satunya adalah film yang berjudul "Three Islands of Dream" yang mengambil setting trip kami ke Berau mengunjungi dan menyelami Pulau Derawan, Kakaban, Sangalaki dan Maratua. Hanya pada film ini saya agak keliru dengan bereksperimen membawa Kamera Gopro yang lensanya sudah di modifikasi menjadi lebih sempit dengan tujuan menghilangkan distorsi. Alhasil  pulau pulau yang luas seperti maratua dan kakaban tidak mampu tercover semua oleh foto udara drone saya. Saya baru mendapatkan foto udara Pulau yg luas seperti Kakaban, dan Maratua secara keseluruhan pada kesempatan lainnya di tahun 2017. 



Dalam perjalanan karirnya, Drone yang saya namakan Hedwig 1 ini sudah mengantungi ratusan kali penerbangan, baik itu diatas laut, ditengah hutan, dengan kondisi angin normal sampai angin kencang. Tak ada satupun insiden jatuh sampai sekarang tulisan ini dibuat yaitu tahun 2017. Meskipun saya sudah menggunakan Drone Pabrikan DJI MAVIC, saya masih membawa serta drone Hedwig 1 sebagai back up unit, dan juga bila diperlukan terbang di area yang restricted seperti Airport. Oh ya jangan salah sangka dulu ya, kami terbang di Airport atas permintaan penguasa setempat dengan izin sesuai peraturan tentunya. Seperti yang kita ketahui, drone pabrikan tanpa prosedur khusus tidak dapat take off di tempat restricted area, tapi drone rakitan bebas terbang dimanapun.

Di tahun 2017, Drone Hedwig 1 ini mun sudah mengalami upgrade beberapa kali, baik disisi propulsinya, speed controllernya, dan juga saat ini sudah dilengkapi 3 axis brushless gimbal. Selain itu GPS nya pun sudah saya upgrade dengan support Glonass, sehingga bisa lebih cepat mengunci dan jauh lebih presisi ketimbang masih jaman GPS versi 1. Drone ini terkadang diperlukan untuk membawa kamera fitur khusus yang tidak terdapat pada drone pabrikan seperti 360 camera.

Drone Hedwig 1 versi Upgrade dengan Brushless Gimbal
Drone Hedwig 1 versi Upgrade dengan Brushless Gimbal

Setelah drone Hedwig 1 ini apakah saya berhenti merakit ?  Oh tidak,  saya masih merakit wahana lainnya secara paralel yaitu Quadcopter Hedwig 2 dan Hexcopter Heavy Lifter untuk kamera DSLR. Ceritanya bisa dibaca pada artikel berikutnya: http://www.kaufikanril.com/2014/01/belajar-foto-udara-dan-merakit-drone.html .

Demikian cerita tentang Drone Hedwig 1 yang merupakan armada ke-4 Helicamindo. Semoga cerita ini bermanfaat bagi temen-temen semua.



Komentar

Posting Komentar

TULISAN LAINNYA

Ada apa di Kabupaten Fakfak Papua Barat ?

Jasa Fotografi & Video Ditawar sadis, berapa sih harga yang wajar ?

Mengintip dan Membandingkan Spesifikasi Drone DJI Mavic Air